Senin, 25 Juni 2018

HALIMAH YACOB, KISAH PRESIDEN WANITA PERTAMA SINGAPURA



Halimah Yacob, lahir di Singapura, 23 Agustus 1954. Saat berusia 8 tahun, ia harus merasakan kesedihan kehilangan ayahnya. Ia kemudian dibesarkan oleh ibunya yang bernama Maimun Abdullah. Maimun membesarkan Halimah bersama keempat saudara laki-lakinya seorang diri. Di Pagi buta, ia sudah mulai membantu ibunya mempersiapkan dagangan mereka yaitu nasi padang. Ia membantu ibunya berjualan nasi padang yang di jajakan menggunakan gerobak dorong di sekitar jalan Shenton Way, Singapura. Hingga kemudian mampu membeli sebuah warung.


Selain melayani pelanggan yang datang ke kedai jualannya, ia juga membersihkan meja dagangannya dan juga mencuci piring. Kegiatan tersebut ia laksanakan setiap hari sebelum berangkat ke sekolah. Halimah Yacob menghabiskan masa sekolahnya SMP nya di Singapore Chinese Girls School, sebuah sekolah khusus anak perempuan yang kebanyakan beretnis China.


Di sekolah ini, Halimah hampir dikeluarkan dari sekolah sebab ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membantu ibunya berjualan sehingga saat itu pihak sekolah memberi peringatan kepada dirinya. Memasuki SMA, Ia bersekolah di tanjong katong Girls School, selama bersekolah, Halimah kadang mengerjakan tugas sembari membersihkan meja dan juga mencuci piring di warung nasi padang milik ibunya. Tak jarang ia juga pernah menunggak uang sekolah dikarenakan kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan.

Tamat dari SMA, ia bertekad untuk terus melanjutkan sekolahnya. Ia kemudian berhasil diterima kuliah di jurusan hukum di National University of Singapore (NUS). Meskipun tidak memiliki biaya untuk kuliah, ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Islamic Religious Council of Singapore karena kecerdasannya.

Setelah lulus kuliah pada tahun 1987, Halimah Yacob kemudian bergabung dengan National Trades Union Congress (NTUC) di divisi hukum. Ia memperjuangkan hak-hak para pekerja/buruh di Singapura.


Selama 30 tahun, ia habiskan karirnya di NTUC dan namanya kian populer di kalangan para buruh. Posisi tertinggi yang dapat ia capai di NTUC adalah Deputi Sekretaris Jenderal yang merupakan posisi kedua terkuat di organisasi tersebut.

Tahun 1980, Halimah Yacob menikah dengan Mohammed Abdullah Alhabshee, seorang pengusaha keturunan Arab. Dari pernikahannya, mereke berdua dikaruniai lima orang anak. Pada tahun 2001, Halimah Yacob terjun ke dunia politik setelah dibujuk oleh perdana menteri Goh Chok Tong.
Di dunia politik, Halimah berhasil memenangkan pemilihan umum dan merebut kursi Jurong GRC (Konstituensi Perwakilan Jurong Group) dan Marsiling-Yew Tee GRC. Ia berhasil mengukir namanya di panggung perpolitikan Singapura sebagai wanita melayu pertama yang duduk di parlemen Singapura.

Pada tahun 2011, Halimah bergabung dengan Partai Aksi Rakyat (PAP), dan ia ditunjuk sebagai Menteri Negara di Kementerian Pengembangan Masyarakat, Pemuda, dan Olahraga. Dan dua tahun kemudian, ia berhasil menjadi ketua parlemen di Singapura dan menjadi wanita pertama yang menduduki jabatan tersebut.

Posisinya sebagai ketua parlemen ia emban selama empat tahun. Dan pada tahun 2017, Halimah mengundurkan diri dari partai PAP dan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden. Ia resmi terpilih sebagai Presiden Singapura setelah kandidat lainnya yaitu Mohammed Saleh Marican dan Farid Khan tidak memenuhi persyaratan sebagai calon presiden Singapura. Dan berdasarkan undang-undang Singapura kali ini Presiden kali ini hanya boleh berasal dari etnis Melayu.


Ia resmi menjabat sebagai presiden Singapura setelah resmi diambil sumpahnya pada tanggal 13 september 2017. Namun, Halimah Yacob saat ini lebih memilih hidup sederhana dengan tinggal di rumah susun miliknya ketimbang tinggal di istana presiden yang disediakan

0 komentar:

Posting Komentar